
Usaha makanan, dalam berbagai ragam dan bentuknya merupakan salah satu yang terkena dampak langsung pandemi Covid 19 ini. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran menyebut kisaran 6.800 restoran telah tutup. Data tersebut masih belum ditambah dengan warung-warung dan usaha makanan non restoran lain yang bernasib serupa. Namun masih ada silver lining, nasib usaha makanan masih diberi kesempatan bertransformasi. Bandingkan dengan bisnis yang jelas-jelas menjual jasa kontak fisik, sampai sekarang masih belum ada kejelasan mau ditransformasikan seperti apa. Transformasi usaha makanan ini tentunya bukan tanpa tantangan, dan salah satu tantangan terberat untuk diterabas adalah membangun kredibilitas. Sejak dulu kredibilitas memang penting, tapi mungkin belum menjadi sepenting sekarang. Dulu orang mungkin masih oke-oke saja makan mie rebus tanpa kuah (yang disebut mie goreng) yang direbus beserta bungkusnya. Sayur pecel yang dijumput dengan tangan telanjang yang juga digunakan untuk memegang uang juga masih bisa dimaklumi. Tapi sekarang semua itu akan menjadi masalah, karena itu penting sekali memperhatikan sejumlah hal yang bisa membangun kredibilitas kita sebagai penjual. Ini juga penting untuk mengimbangi derasnya himbauan agar jangan beli makanan di luar karena takut tertular penyakit.
1. Masker adalah wajib
Masker saat ini adalah hal yang mutlak. Semua personel yang terlibat dalam proses mulai memasak sampai mengemas harus menggunakan masker. Tidak ada tawar menawar dalam hal ini, kalau perlu maskernya berlapis.
2. Alat terpisah untuk setiap wadah
Misal anda memasak dengan 3 panci, ya gunakan 3 sutil/sendok yang berbeda. Jangan sekali-sekali mempertukarkan alat antar panci sebelum dicuci terlebih dahulu. Wadah makanan pun begitu, untuk setiap jenis piring/mangkuk makanan/lauk/sayur harus disediakan sendoknya sendiri yang akan digunakan untuk mengambil atau menuang. Jika sulit menggunakan sendok, gunakan sumpit atau alat penjepit, sebisa mungkin jangan gunakan tangan meskipun dilapisi sarung tangan plastik.
3. Pisahkan makanan dengan uang
Maksudnya, jangan gunakan tangan yang sama untuk memegang makanan dengan tangan yang memegang uang. Lebih bagus bila ada personel khusus untuk melakukan transaksi uang, jika tidak ada personel yang dapat membantu, gunakan alat bantu saat bertransaksi dengan uang seperti penjepit makanan/sumpit.
4. Cuci semua peralatan dengan sabun
Khususnya yang masih melayani makan di tempat. Pastikan semua peralatan makan dicuci dengan sabun dan air mengalir, jangan cuma direndam dan dioper-oper antar ember. Ini juga berlaku terhadap panci-panci dan peralatan memasak lainnya.
5. Jangan bicara dan bersin di dekat makanan
Cukup jelas, meskipun memakai masker, peluang bocor masih ada. Kalaupun ruang yang ada tidak memungkinkan, upayakan agar saat bicara tidak menghadap ke arah makanan.
6. Pisahkan kemasan makanan dengan alat makan
Jika kemasan makanan dilengkapi dengan alat makan (sendok plastik/sumpit/sedotan) maka pisahkan kemasannya, jangan dicampur di dalam makanan. Gunakan sarung tangan plastik saat mengemas makanan, dan jangan menyentuh benda lain. Jika menyentuh benda lain segera gunakan sanitizer atau ganti sarung tangan plastiknya. Jika menggunakan jasa kurir, maka kemaslah makanan dan alat makannya dengan satu lapisan kantong tambahan. Dengan begitu maka penerima makanan tinggal menyobek kantong terluar saja.
7. Gunakan bahan yang segar dan sehat
Ini sebetulnya tidak perlu disebutkan, karena semua tentunya sudah menyadari. Jangan tergoda dengan keuntungan sesaat yang berisiko besar. Jangan gunakan bahan makanan yang sudah busuk atau kadaluarsa. Jangan gunakan bahan-bahan aditif yang tidak sesuai peruntukannya (pewarna kain untuk mewarnai makanan misalnya). Dan yang paling penting, cucilah dulu bahan-bahan makanan (kalau bisa dicuci) itu sebelum dimasak.
8. Jaga kesehatan
Lagi-lagi, dalam situasi pandemi hal ini menjadi prioritas. Kalau ada dana, dan memang sebaiknya disisihkan untuk itu, lakukan uji kesehatan secara berkala kepada semua personil, wabil khusus covid 19, kalau bisa MCU lebih luar biasa lagi. Aktivitas ini menjadi insidentil jika ada personil yang nyata-nyata menampakkan gejala sakit, dan sebaiknya personil ini diistirahatkan dulu. Memang akan ada tambahan biaya, namun jangan sampai ada kluster baru yang diberi nama dengan nama usaha anda. Hal ini juga bisa disiasati dengan rajin-rajin mengikuti informasi tes massal gratis yang ada di wilayah anda, baik oleh lembaga swasta maupun Pemerintah.
#jualanajakokrepot
Cukup merepotkan, untuk apa susah-susah, kan tidak ada orang yang bisa lihat dapur kita? Untuk awalnya mungkin begitu, terutama bagi penjual yang hanya melayani delivery dan tidak menggunakan sistem open kitchen. Tapi ingatlah, apapun bisa terjadi, kalau suatu saat secara sengaja maupun tidak ada orang yang melihat isi dapur anda, better safe than sorry. Sekali saja kredibilitas anda jatuh, lebih mudah ganti nama daripada membangunnya kembali, contohnya sudah banyak. Usaha yang menengah ke atas mungkin bisa memperkuat kredibilitasnya dengan berbagai sertifikat seperti ISO, sertifikat halal, dsb. Selain mengurus mandiri, ada juga Pemerintah Daerah yang memfasilitasi sertifikat-sertifikat seperti itu. Namun bagi yang tidak beruntung, maka hanya kredibilitas pribadi yang bisa dibangun dengan sekuat tenaga. Menjaganya juga lebih sulit, sekali saja lengah kita bisa terperosok. Tapi bila kita bisa konsisten, maka InsyaAllah pelanggan akan setia, semua tergantung usaha kita.