Belajar Adil dari Anak

image

Mainan Angry Bird

Beberapa waktu yang lalu beliin mainan seperti gambar di atas buat krucil. Begitu sampai di rumah dia langsung bekerja dengan penuh semangat untuk merakit potongan potongan Angry Bird yang ada. Karena petunjuk merakitnya mudah dipahami, tidak seruwet petunjuk pemakaian aplikasi yang tidak jelas kegunaannya, maka tidak sampai satu jam dia sudah tertawa puas melihat hasil kerjanya. Kemudian dia menunjukkan hasilnya ke saya dan mulai bertanya tanya, dari sini saya justru belajar dari dia.

“Pa, ini angry bird sama babinya lagi ngapain?” dia mulai bertanya. Saya pun menjawab dengan antusias karena sudah khatam mainan ini berkali-kali, “mereka lagi memukuli babi-babinya karena si babi suka mencuri telurnya.” Rupanya tanggapannya di luar dugaan, “Lho, mana telur-telurnya Pa? Trus ini babinya luka masa karena dipukul? Masa bener babinya nyuri telur?” Menghadapi berondongan pertanyaan itu saya jadi tersadar kalau saya sedang melakukan kesalahan. Saya pun meminta maaf dan bilang terus terang kalau saya memang tidak tahu adegan angry bird ini sedang ngapain dan kalau saya hanya menduga-duga.

Si krucil dengan jiwanya yang masih belum tercemar menilai sesuatu benar-benar dari yang terlihat, tidak menggunakan prasangka ataupun stereotyping. Dia memuaskan rasa ingin tahunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang objektif sesuai apa yang terlihat, dalam hal ini mainan berisi potongan adegan seperti di gambar itu. Sungguh berbeda dengan Saya yang suka melakukan stereotyping dan berprasangka. Dia sudah “adil dalam pikiran” bahkan sebelum membaca “Bumi Manusia” selembar pun.

Lho tapi kan semua itu memang tidak selalu seperti yang terlihat? Memang benar, karena itu janganlah suka terburu-buru mengambil kesimpulan hanya dari sekeping potongan adegan ataupun informasi. Kalau memang tertarik untuk melontarkan pendapat, terutama di ruang terbuka atau jagad maya, sebaiknya kumpulkan terlebih dahulu fakta dengan seutuh mungkin. Tidak punya waktu atau malas melakukannya? Ya jangan asal berkomentar, tetaplah netral, meskipun there’s no such thing as neutral sih :p.

This entry was posted in Celoteh and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s