Sambil nongkrong menunggu laki-laki yang akan membebaskan saya dari tepian jalan ini, teringat akan pengalaman dulu waktu juga sedang menunggu di pinggir jalan. Kalau Rika Akana menunggu Kanji Nagao yang tak kunjung datang di pinggir jalan sampai tengah malam karena dihadang Sekiguchi di apartemennya, saya malah menunggu sampai subuh dan senasib, yang ditunggu tidak kunjung datang.
Jadi ceritanya, selama beberapa hari ada nomor yang secara berkala menghubungi nomor saya, tapi kadang tidak sempat diangkat karena tangan lagi sibuk, dan kalaupun sempat diangkat langsung dimatikan. Setelah kurang lebih seminggu saya pun kirimkan SMS dengan dongkol menanyakan ini siapa dan maksudnya apa. Mengejutkannya, dia tahu nama saya dan aktivitas aktivitas sehari-hari saya.
Ngakunya sih cewek, trus ngajak kenalan, tapi maunya ketemuan, malam malam pula. Karena tempat yang disepakati sudah familiar maka saya iyakan aja. Di waktu yang ditentukan berangkatlah saya ke titik yang telah dijanjikan. Berhubung sudah pengalaman berurusan dengan Hode (cewek jadi-jadian) maka tidak lupa saya bawa tabung gambar ala arsitek berisi pipa besi gawang sekolah dulu :D.
Dan benar dugaan saya, sampe subuh juga makhluk yang ngakunya mengajak kenalan itu gak nongol batang apapunnya. Orang-orang yang bertanya ke saya sedang menunggu apa pun saya jawab dengan santainya “menunggu godot”. Setelah habis berbatang batang dan tuan (atau nyonya) belum juga datang saya akhirnya pulang, gak perlu cerita kan mampir sholat subuh di mana :P.
Hikmahnya yang saya dapat, “teror” itu hilang, tidak pernah terjadi lagi. Meskipun saya sudah melakukan sesuatu yang dipandang orang sebagai kesia-siaan, seperti mengisi guci para Danaida, tapi hasilnya nyata. “Terkadang” memang kalau ada masalah yang tidak kita pahami, upaya menggali informasi sudah mentok, daripada berprasangka dan bertanya-tanya, lebih baik kita duke it out dan hadapi saja :D.