Pertama-tama mari lihat gambar di sini, saya ndak berani muat di sini karena takut diteror oleh para pejuang HAKI.
Nah, kenapa saya merujuk gambar itu? Gambar itu saya rasa cukup mewakili kegelisahan saya tentang proses pemanipulasian informasi, khususnya tentang apa yang sering diklaim sebagai “fakta”. Sering kita dengar orang bicara atau menulis “faktanya…….”, “inilah fakta…….”, dan sejenisnya. Padahal apa yang disebut fakta itu sebenarnya mungkin bukan atau bahkan jauh dari fakta yang ada.
Sebelum membahas, pertama kali kita akan bicara definisi. Menurut KBBI, fakta adalah seperti di gambar berikut:
Nah sudah jelas kan? Sekarang mari kita kembali membahas gambar yang saya kasih pranala di atas tadi.
Di gambar itu, ada dua orang, sebut saja Lefty untuk orang di kiri dan Kani untuk orang di kanan. Kita mulai dari gambar yang muncul dari kamera. Kalau kita lihat gambar dari kamera, maka yang terlihat adalah Lefty memegang sebuah benda runcing yang mengarah ke Kani. Padahal dari gambar yang utuh kita tahu bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Ini menunjukkan pentingnya melihat suatu masalah secara utuh.
Masalah kedua, dari posisi kejadian yang utuh tersebut, kalau kita hanya melihat gambar, fakta apa yang bisa kita simpulkan?. Di ranah inilah lebih banyak kesalahan bisa terjadi, umumnya karena kita mencampur adukkan fakta dengan prasangka. Contoh kesimpulan yang kurang tepat misalnya:
Kani mengejar Lefty Sambil membawa Pisau
kurang tepat karena kita hanya melihat gambar Lefty membelakangi Kani sehingga mengejar adalah kesimpulan yang terburu buru.
Kani mau menusuk Lefty dengan Pisau miliknya
Ini jelas bukan fakta, karena “mau menusuk” ini adalah dugaan atau prasangka. “Pisau miliknya” juga merupakan asumsi yang tidak dijelaskan di gambar.
Kani mau membunuh Lefty karena menyelingkuhi istrinya
Kesimpulan yang penuh dengan berbagai bumbu penyedap, tidak perlu dijelaskan kenapa pernyataan ini jelas bukan fakta.
Intinya, saya hanya mau menyampaikan bahwa fakta itu adalah sebuah kenyataan, yang dilihat dari sisi manapun tidak akan berubah. Adapun hal-hal lain yang didapat dari proses mengumpulkan informasi adalah referensi yang bisa menguatkan kesimpulan. Seperti contoh di gambar pertama, bisa saja skenarionya adalah bahwa justru si Lefty yang berlari membawa pisau kemudian pisaunya jatuh dan mengenai kepala Kani yang sedang tidur sehingga dia marah dan mengejar Lefty dengan pisau milik Lefty.
Dan yang perlu diingat, dugaan itu juga bukan berarti salah, kita memang sepatutnya menduga duga sebelum mengambil kesimpulan. Dugaan juga bisa jadi benar, tapi itu bukan fakta. Yang penting adalah sebelum mengambil kesimpulan kumpulkanlah informasi dulu sebanyak banyaknya dan dari sumber yang bervariasi. Dan yang lebih penting lagi, janganlah serampangan mengatakan sesuatu itu sebagai “fakta” kalau memang bukan. Ingat, tidak semua orang cukup mau repot repot atau mampu mencerna suatu informasi itu fakta atau bukan, jadi janganlah menambah informasi sesat dengan mengatakannya sebagai fakta padahal bukan 🙂
Pingback: Belajar Adil dari Anak | emaerdei