Pengalaman Sebagai Guru Terbaik

Pengalaman adalah guru yang paling baik

Kalimat di atas sudah menjadi petuah bijak yang diberikan turun temurun. Artinya jelas, bahwa sebaik baik cara belajar adalah dengan langsung mengalaminya. Kita bisa bertahun tahun belajar teori tentang suatu hal, dan kemudian kalah dengan sukses di tangan orang yang baru beberapa bulan menjalaninya.

Masalahnya, mencari pengalaman tidaklah semudah membaca atau mencari tulisan di jagat maya sana. Di setiap kolong internet kita bisa temukan “ilmu” berserakan. Sengaja diberi tanda petik karena tidak semua yang dianggap ilmu itu benar-benar ilmu. Banyak guru yang hanya bisa mengajarkan teori, sebagian bisa membagikan pengalamannya, tapi hanya guru-guru terbaik yang bisa memberikan kesempatan pada muridnya untuk mendapatkan pengalaman.

Memberikan pengalaman membutuhkan banyak hal, yang pertama diperlukan adalah kewenangan/akses/kekuasaan. Bagaimana anda bisa memberikan murid anda pengalaman menjadi kasir supermarket kalau anda tidak punya akses ataupun kewenangan di supermarket itu. Yang ke-dua adalah kepercayaan, keyakinan bahwa murid anda mampu mengemban tugas yang diberikan padanya. Yang terakhir adalah kemampuan untuk memulihkan situasi seandainya sang murid tidak sesuai harapan atau berbuat kesalahan.

Mengapa memberikan pengalaman sedini mungkin menjadi hal yang penting?. Karena hampir semua posisi yang penting (dalam pekerjaan) mensyaratkan pengalaman, belum termasuk banyak hal dalam hidup yang siap menjegal kita jika belum berpengalaman. Pengalaman juga akan membuka mata serta menjadi pisau pengasah dari semua teori yang kita pelajari.

Selain memberikan kesempatan mengalami sesuatu, saat-saat orang membagi pengalamannya juga jangan dilewatkan. Sebagian dari kita seringkali apatis, skeptis, dan sinis ketika orang yang lebih tua membagi pengalamannya. Tirulah Bambang Sumantri, dia tidak sembarangan mengabdi, pun halnya dengan tidak sembarangan menjadikan orang sebagai guru/mentor. Bila sudah menemukan guru/mentor yang kredibel, peraslah semua pengalaman yang bisa diperas keluar darinya untuk jadi hikmah.

Bagi saya sendiri, guru-guru “terbaik” itu justru datang dari mereka yang tidak berprofesi sebagai seorang guru. Mereka justru adalah sebagian (almarhum) teman sebaya dan sejumlah senior yang telah lebih dulu memiliki akses. Tanpa mereka dan kepercayaan yang mereka berikan pada saya untuk mengemban tugas yang jauh di luar portofolio saya, mungkin saya sendiri tidak akan pernah menyadari kalau saya memiliki kemampuan lain selain makan krupuk dengan mata tertutup.

Merekalah yang berkali-kali mendobrak zona nyaman dengan memberikan tugas yang “nggak gue banget”, membuktikan ke saya bahwa “first time for everything” itu memang seringkali benar. Dan yang terpenting, kepercayaan merekalah yang paling memotivasi saya untuk menolak tunduk menuntut tanggung jawab menyerah. Prinsip sebanyak mungkin memberikan pengalaman dan kepercayaan itulah yang selalu berusaha Saya tularkan sampai sekarang. Bagi Saya, merekalah pendidik-pendidik sejati dalam hidup saya (selain Orangtua, Keluarga, dan Guru tentunya). Selamat Hari Pendidikan Nasional, semoga pendidikan kia tetap maju menerjang pandemi ini 😀

Guru yang terbaik bukanlah yang membagikan pengalamannya, tetapi yang memberikan pengalaman pada anak didiknya

This entry was posted in Uncategorized and tagged , . Bookmark the permalink.