Dia teman sekelas saya waktu SMA, sebut saja namanya Anton. Baru-baru ini saya bertemu dengannya karena dia ingin membuang uang untuk mentraktir saya makan siang. Sambil makan siang, kita mengobrol, seperti biasa adat saya kalau ketemu teman lama, saya lebih banyak diam. Diam saya bukan karena bergaya berempati, tapi karena memang tidak ada yang bisa saya bicarakan, semuanya lenyap tertelan gemerlap suksesnya teman-teman saya sekarang. Kembali ke si Anton, sambil makan, dia bercerita tentang “perjalanan bisnis”-nya.
Sembari dia bercerita, saya kembali terkenang akan sosoknya dulu waktu kita masih sama sama menjadi remaja ababil dengan seragam putih abu-abu. Dulu dia anaknya pendiam, tidak banyak bicara, dan pemalu. Meskipun demikian, wanita yang “terlibat” dengannya adalah wanita-wanita hebat. Bahkan salah satu dari wanita ini sekarang sudah menjadi salah satu ikon wanita enterpreneur muda, tetapi bukan sebagai istrinya :p.
Seperti diputar 180 derajat, kini bicaranya begitu lancar, senyumnya begitu lebar, dan nadanya sangat optimis. Mendengarnya bicara saja membuat saya merasa bisa begadang menyelesaikan satu season sherlock. Kata demi kata dirangkainya seperti memintal kain sutra, bercerita dan bercerita. Tidak terasa akhirnya makanan yang kami pesan datang juga.
“Aku menyadari sesuatu saat masuk ke sini (menyebut nama usahanya saat ini),” katanya. “Dulu ibuku selalu berpesan supaya setelah sholat subuh jangan tidur lagi.” Sebelum usahanya yang terakhir ini, dia memang menggeluti bisnis yang sangat menjanjikan dan cukup “bergelimang” harta. Waktunya begitu padat dan senantiasa penuh kesibukan. “Kamu tahu sendiri acara segitu banyak aku baru pulang jam berapa, akhirnya mesti setelah subuh ya aku ketiduran,” jelasnya. Akhirnya setelah menimang-nimang, dia sampai pada pintu gerbang kemerdekaan indonesia sebuah keputusan, mencoba memenuhi pesan Ibunya.
“Aku menggeluti bisnis ini sekarang terasa hidupku lebih tenang, setelah subuh aku tidak tidur lagi, aktivitasnya tidak sampai larut malam, tapi rezekinya alhamdulillah ada,” ceritanya dengan senyum lebar. Dia merasa lebih yakin karena kini dia bisa memenuhi pesan ibunya, sungguh anak berbakti.
Saya tidak tahu, mana yang lebih berpengaruh pada kesuksesannya. Mengikuti pesan Ibu, atau karena tidak tidur setelah sholat subuh sebagaimana anjuran guru ngaji. Bisa jadi karena kedua-duanya, atau bisa jadi juga itu semua hanya sugestinya saja. Tapi kenyataan yang ada di depan mata saya adalah, teman saya yang dulu begitu pasif dan pendiam, kini telah menjadi businessman sukses (setidaknya jauh lebih kaya dari saya). Dan kenyataan berikutnya, dengan asumsi dia tidak berbohong, adalah bahwa dia mengikuti pesan Ibunya untuk tidak tidur setelah sholat subuh. Apakah kemudian dua hal ini berhubungan (SNMPTN jawaban A) atau tidak (jawaban B) ya Wallahualam, silahkan dicoba sendiri 😀