Perang tanding liga Bharata Yudha masih berlanjut. Setelah Bisma ditandu keluar lapangan akibat tackling Arjuna yang tidak sempat dihindari (karena tertutup oleh Srikandi), Kurawa dengan Duryudana sebagai Pelatih Kepala memindahkan ban kapten pada Dorna. Bangku cadangan Pandawa yang dipimpin Yudistira bergejolak. Mereka segera merancang strategi untuk mengeluarkan Dorna dari lapangan juga.
Suatu upaya yang berat, mengingat daya konsentrasi pemain kawakan tersebut sangat tinggi. Tidak mudah membuatnya lengah untuk sebuah tackle mematikan mengenainya. Akhirnya didapatlah suatu kesepakatan yang dibisikkan di ruang ganti saat turun minum. Para pemain akan ramai ramai berteriak pada Dorna bahwa Aswatama, anaknya yang tengah bermain di liga remaja ditandu keluar lapangan setelah di-tackle Bima.
Rencana bisikan direktur teknik Kresna terbukti jitu. Dorna mulai galau, dia menolak percaya kalau anaknya dicederai Bima. Akhirnya dia berteriak pada Yudistira dari tengah lapangan untuk memastikan kebenaran kabar tersebut. Yudistira yang telah diwejangi oleh Kresna menjawab dengan berteriak, “Betul, Yayi Bima telah mencederai Aswatama”, yang segera disambung dengan kata-kata tanpa berteriak, “Tapi Aswatama itu nama anak kecamatan sebelah”.
Seketika Dorna kehilangan semangat tanding. Kata kata Yudistira adalah vonis terakhir baginya, tidak ada lagi peninjauan kembali. Yudistira adalah pelatih yang dikenal tidak pernah berbohong, dia telah mengantongi sertifikat “Jujur” dari perhimpunan tokoh di 300 kecamatan. Di tengah kegalauan tersebut Dresta Jumna, kapten Pandawa, datang dengan tackle mautnya dari belakang. Keluarlah Dorna menyusul Bisma ke ruang kesehatan.
Prestasi besar mengeluarkan dua pemain berbahaya dari tim lawan itu bukan tanpa biaya. Wasit yang saat itu berada di pinggir lapangan di antara Yudistira dan Dorna melihat percakapan tersebut. Akhirnya dia memberikan Kartu Kuning pada Yudistira karena mengganggu jalannya pertandingan dan dianggap tidak fair play. Pemain cadangan Pandawa serentak memprotes aksi wasit yang dianggap cari sensasi itu. Tapi Yudistira yang tahu kalau dia memang pantas menerimanya, selain berhitung bahwa timnya masih diuntungkan dengan keluarnya Dorna, meredakan emosi para pemain cadangan dan meminta mereka kembali ke tempat duduk masing masing.
Moral cerita ngawur ini :
Kalau mau berbuat culas jangan kelihatan wasit jujur dengan “jujur” itu memang tipis bedanya, tapi akan selalu ada wasit yang melihat 🙂
Suka wayang juga yah? Wayang memang sering cocok untuk menjelaskan kondisi di sekitar kita. Tinggal pilih adegan mana yang cocok. “Otak” pandawa memang Krisna, sehingga Pandawa sering2 bermain licik di pertandingan big match tersebut. Jangan lupa gugurnya Gatutkaca yang diatur agar striker Kurawa – Karna mengeluarkan jurus terakhirnya. Pada kondisi loyo, Karna dihajar saudara tiri nya Arjuna.
– kadang sabar dan diplomatis lebih baik daripada jujur dengan amarah –
Hehe, kadang penasaran hidupnya orang yang bikin epik wayang ini sekeren apa ya sampai idenya begitu luar biasa dan detail 😀