Jangan Asal Broadcast

Kabar gembira! kini kita dapat dengan mudah menggunakan air sebagai bahan bakar. Gobel Arizal, peneliti dari desa Sukacoba berhasil menemukan cara menggunakan air sebagai bahan bakar. Dengan memanfaatkan sifat Basa pada 300 ml air, dia hanya perlu meneteskan sedikit perasan asam agar terjadi kondensi yang menghasilkan elektron yang setara dengan 1 liter bahan bakar minyak. Temuannya telah dipamerkan dan disaksikan pada acara Scientist World Summit 12 Maret 2020 lalu di Timbuktu tanpa kendala. Sebarkan kabar gembira ini agar kita tidak selalu tergantung pada Bahan Bakar Minyak

Apa yang akan kita lakukan bila mendapat terusan (forward) atau broadcast (siaran) berita seperti di atas dari sumber yang tidak resmi? Sebagian dari kita mungkin akan tanpa keraguan segera meneruskannya ke mana-mana atau mengunggah di sosial media. Motivasi melakukannya bisa bermacam-macam, mulai semata-mata tak sabar menyebarkan “kabar baik” karena jiwa nasionalisme yang tergugah ataupun motif pribadi lain. Namun ada baiknya jika semua itu ditahan sebelum kita melakukan validasi atas kebenaran berita tersebut. Validasi berita semacam ini sebenarnya sederhana, secara garis besar ada 2 hal yang perlu dilakukan, bahkan terkadang cukup 1 saja.

Yang pertama perlu dilakukan adalah menguji semua atau sebanyak mungkin fakta dalam berita tersebut. Semakin banyak fakta yang bisa diuji dan terbukti kebenarannya, semakin meyakinkan bahwa berita itu bisa dipercaya. Misalnya dalam contoh di atas, ada sejumlah fakta yang bisa kita uji mulai yang paling sederhana sampai yang agak sulit. Pertama-tama kita bisa cek apakah benar ada orang bernama Gobel Arizal? Kalau benar apakah dia berasal dari desa Sukacoba? Kalau benar apakah dia memang seorang peneliti, atau jangan jangan pencari kodok yang mengaku pengusaha budidaya kodok merangkap dokter hewan?.

Fakta berikutnya yang juga cukup mudah dikonfirmasi adalah apakah benar ada acara bernama “Scientist World Summit”? Kalau benar apakah memang pada 12 Maret 2020 acara tersebut dilaksanakan di Timbuktu? Jika iya apakah memang ada temuan dari Gobel Arizal yang dipamerkan di sana? Kalau benar apakah hasilnya?

Lanjut ke yang cukup sulit, kita juga perlu cari tahu apakah benar air bersifat basa? Apakah benar jika air bersifat basa ditetesi asam maka akan terjadi kondensi atau jangan-jangan malah iritasi atau reboisasi? Apakah yang dihasilkan dari sebuah proses kondensi?

Informasi-informasi tersebut cukup mudah didapat, hanya one google away dan pastikan bahwa sumber hasil berselancar Anda adalah sumber yang resmi. Sulit? tidak punya waktu? Kalau begitu tahanlah dulu keinginan untuk segera menyebarkan berita itu. Kalau sudah kebelet mau pansos (panjat sosial) atau mengangkat jati diri sebagai yang tercepat menyebarkan informasi bagaimana? Jangan khawatir, proses di atas bisa dialihdayakan. Cukup anda teruskan atau tanyakan (bukan disebarkan) kepada orang yang kredibel atau memiliki kompetensi dan kemampuan di bidang tersebut. Misalnya dalam kasus di atas, tanyakanlah hal tersebut kepada seorang kenalan anda yang memang pekerjaannya adalah seorang peneliti, orang yang memang memiliki keahlian di bidang Kimia, atau jurnalis/pemerhati acara-acara ilmiah sejenis. Biarkan dia yang melakukan semua proses uji fakta tersebut untuk anda dan tinggal tunggu hasilnya.

Jika semua fakta sudah teruji, sebetulnya sudah cukup layak apabila berita tersebut anda sebarkan/teruskan. Namun jika ingin lebih mendongkrak kadar keyakinan, maka tidak ada salahnya untuk melanjutkan ke tahap ke-dua yaitu uji konten. Anggaplah semua fakta di atas memang benar dan terjadi. Benar dan terjadi yang dimaksud adalah bahwa memang benar ada seorang peneliti dari desa Sukacoba bernama Gobel Arizal yang memamerkan karyanya tentang air sebagai bahan bakar di Scientist World Summit di Timbuktu pada 12 Maret 2020. Maka yang perlu didiskusikan lebih lanjut adalah apakah benar jika air yang bersifat basa kemudian berkondensi dengan tetesan asam akan bisa menghasilkan elektron? Jika iya apakah kemudian elektron tersebut bisa langsung difungsikan sebagai bahan bakar sesederhana bahan bakar minyak yang tinggal tuang dan pakai? dan seterusnya digali semakin dalam sekuat yang menggali. Kepada siapa proses diskusi ini harus dilakukan? Yang jelas dengan orang yang memang memiliki kompetensi di bidang tersebut atau dengan membaca literatur resmi yang berhubungan dengan hal itu.

Mudah kan? Kalau minimal tahap pertama untuk validasi berita di atas saja sudah terasa sulit, maka jangan sekali-kali anda sebarkan berita tersebut. Keuntungan yang didapat tidak akan sebanding dengan keburukannya. Kalau yang anda sebarkan itu kemudian viral dan terbukti hoax, anda bisa mendapat masalah. Jika anda orang yang percaya pada dosa, bayangkan saja dosa jariyah yang akan anda dapat setiap kali berita bohong itu menyebar, apalagi dalam situasi pandemi yang serba sulit ini. Belum lagi bayangkan nasib dan kerugian yang timbul akibat orang yang percaya kepada berita dari anda dan mempraktekkannya. Siapa yang kemudian akan mengganti kerusakan-kerusakan pada kendaraan itu akibat tangki bahan bakarnya diisi air?.

Lantas bagaimana kalau kita juga masih ingin terus menyebarkan informasi? Sebarkanlah informasi dari sumber yang jelas atau media resmi. Sumber yang jelas ini berarti sumber yang bisa dipertanggungjawabkan, misalnya siaran kesehatan dari Kementerian Kesehatan, berita tata cara mendapat bantuan langsung tunai dari Kelurahan setempat, saksi yang mendengar langsung dari sumber resmi tersebut, dst. Kenapa media resmi? Karena media resmi memperoleh beritanya melalui tangan para jurnalis. Jurnalis inilah yang kemudian akan melakukan validasi terhadap kebenaran suatu berita. Itu semua sudah tertuang dalam Kode Etik Jurnalistik, bila anda meneruskan berita dari media resmi maka beban pengujian dan kebenarannya menjadi tanggung jawab media tersebut, kecuali disebutkan lain.

Apakah media resmi bisa salah? bisa saja. Apakah sumber yang tidak jelas pasti salah? belum tentu. Saya tidak sedang membahas tentang kebenaran, masalah seperti itu bakal membutuhkan energi lebih banyak dan proses diskusi lebih panjang lagi. Yang ingin dibahas dalam tulisan ini hanya tentang tips-tips yang perlu dilakukan kalau kita memang kebelet berbagi berita agar tidak tersandung masalah, itu saja. Soal kebenaran biar menjadi misteri untuk dibahas lain hari.

This entry was posted in Celoteh, sehari-hari and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s