Disclaimer: Sesuai judul, tentunya akan ada beberapa pisuhan atau makian (meskipun disensor) yang akan muncul dalam tulisan ini, jika tidak berkenan, jangan dilanjutkan membaca 😀
Sewaktu silaturahmi dengan teman-teman SMA, ada teman pernah mengejek saya sering menggunakan kapasitas otak untuk mengingat hal-hal yang tidak penting karena saya mengingat urutan absensi dan posisi duduk kami sekelas dulu. Sewaktu kuliah, karena teman satu angkatan berasal dari berbagai daerah, kembali ingatan saya dipenuhi dengan konten yang dianggap tidak penting, saya menghafalkan berbagai macam pisuhan dari berbagai daerah, apa tujuannya saya rasa gak perlu dibahas lah ya 😀
Nah, gara-gara nonton film Yowis Ben yang dibintangi salah satu komika legend, Tretan Muslim (meskipun bukan peran utama), saya jadi tergelitik untuk mengeluarkan pendapat ngawur saya tentang entitas bernama pisuhan ini. Versi TL DR nya, pisuhan suroboyoan, malang, dan mungkin jawa timuran memang yang paling unik dari pisuhan daerah lain yang saya ketahui.
Kenapa demikian, karena secara penggunaan dan secara fisik kosakata kosakata khas seperti c*k (atau versi dengan awalan “jan”-nya), ga*el (atau versi dengan akhiran “i”-nya) memiliki begitu banyak variasi penggunaan. Sebagai ungkapan kemarahan, sapaan riang, ungkapan kekaguman, nafsu keheranan, dan berbagai macam hasrat berbicara lain bisa diakomodir hanya dengan memainkan intonasi atau memberi seselan “u” atau memainkan panjang pendeknya kata. Kelebihan inilah yang sulit saya temukan di pisuhan-pisuhan lain khususnya tentang fitur memainkan panjang pendek nada.
Tidak percaya? Ya gakpapa, monggo saja dicoba lega mana meneriakkan c*k dengan huruf o sepanjang mungkin dibandingkan meneriakkan an*i*g dengan huruf i sepanjang mungkin. Masih tidak percaya? Silahkan nonton filmnya di kepingan dvd atau filmnya 😀