Dulu waktu kita sekolah, selalu ada saja teman-teman yang mufaroqoh, mereka ini umumnya selangkah lebih maju dari teman-teman pada umumnya. Saat pelajar/mahasiswa lain masih bersenang-senang dan menikmati kenakalan masa mudanya, mereka sudah berpikir akan pentingnya mempersiapkan masa depan. Alih-alih menghabiskan masa mudanya sia-sia, mereka lebih memilih untuk memperkuat benteng rohani, menambah pengetahuan melalui diskusi-diskusi bahkan berwirausaha kecil-kecilan. Meski tidak jarang bersinggungan, tapi dalam hati ada secercah kekaguman terhadap mereka, mereka rela mengorbankan kesenangan duniawi saat muda demi masa depan yang menurut mereka lebih baik. Tapi akhir-akhir ini, kala usia sudah menjelang 50% (kalau jatah standarnya 63 tahun), alangkah kagetnya ketika justru muncul fenomena fenomena “telat nakal”.
Ada teman saya yang dulunya berada “dalam satu lingkaran”, dalam sehari bisa berubah 180 derajat. Sebelumnya dia tipikal anak muda banget, bercanda keras-keras, tidak membedakan laki-laki dan perempuan, dan sim salabim, semua itu berubah dalam sehari. Jangankan bercanda, salaman dengan perempuan saja dia tidak mau. Dalam istilah kerennya, dia dibilang “tobat”.
Kalau fenomena seperti di atas sih memang secara umum bisa dikatakan perubahan yang katanya lebih baik. Tapi akhir-akhir ini saya justru sering bertemu yang sebaliknya. Teman saya yang dulunya alim banget, say no to pacaran, sekarang tiba-tiba jadi aktif ngejer cewek, bahkan menggombal melalui dunia maya. Yang dulu sering minggir dan batuk-batuk kalau anak-anak pada merokok, sekarang justru aktif merokok saat teman-temannya mulai akan mencoba berpikir untuk berhenti merokok. Mereka yang dulu tidak mau bersalaman dengan lawan jenis, kini santai-santai saja saat bersalaman dengan ibu negara tetangga lawan jenisnya. Fenomena inilah yang saya sebut “telat nakal”, fenomena yang berbahaya. Kenapa berbahaya, inilah alasannya:
1. Disokong dengan kemampuan finansial (bagi yang mampu)
karena sudah menghasilkan uang sendiri, sehingga skala kenakalan bisa berlipat lipat, contohnya, dulu saat remaja karena tidak punya uang sendiri, main ke tempat dugem hanya sekali-sekali, sekarang karena duitnya cukup bisa main tiap hari. Contoh lain, dulu kalau mau minum, biasanya patungan dan hanya bisa beli sebotol rame-rame, sekarang bisa beli 3 botol sendirian.
2.Reaksi masyarakat akan berbeda saat melihat kenakalan orang dewasa
Contohnya lihat saja reaksi mereka saat melihat anak remaja/mahasiswa bercanda keras-keras dengan botol aqua berisi air keruh (tebak saja isinya) dibandingkan dengan melihat seorang manajer swasta usia 30 tahun melakukannya π
3.Konsekuensi Hukum/Sosial
Ini yang berbahaya dan bisa menamatkan karir. Kalau mahasiswa atau anak-anak remaja berbuat kenakalan, coret coret tembok sekolah misalnya, paling hanya diperingatkan, diskors, atau orang tuanya dipanggil. Kalau orang dewasa coret-coret tembok kantor atau tetangga, bisa dilaporkan polisi. Konsekuensi sosial juga, kalau anak remaja atau mahasiswa hobi godain cewek, paling hanya digunjingkan dibelakang. Tetapi kalau orang dewasa yang melakukan ini, salah-salah bisa dilaporkan dengan tuduhan pelecehan seksual bahkan dipecat (kalau yang digoda bosnya) :D.
Bagi anda yang memang belum sempat nakal, sudahlah…. terimalah takdir anda untuk tidak menjadi orang nakal. Jangan sampai telat nakal.
Bagi anda yang pernah nakal, bersyukurlah karena sudah tidak nakal lagi π
Bagi anda yang masih nakal, segeralah bertobat, karena separah-parahnya telat nakal, masih lebih parah telat tobat
tulisan yang sangat menarik mar .. tapi
1. jikalau orang itu telat nakal dan dapat sokongan finansial toh pake duitnya sendiri.. paling gak tidak menyusahkan ortu . lek nakal pas jaman sma, duit soko endi jajal ?
2. sak nakal nakale wong tuwek ga bakal nakal sing aneh2 .. paling2 dugem .. nggudoin cewek yg pengen digudo dan dibayar . hehehe.. dan apakah rokok termasuk kenakalan ? .. masio aku mandek ngrokok tapi akeh bapak2 sing ijik ngerokok biar kerjane kelar.. dadi nakale termasuk nakal positif , masiyo ga sehat
3. sak nakal2 e wong tuwek, konsekuensi sosiale iso ditanggung, koyok bung karno sing enome anti poligami.. tuwek e dadiplayboy nggudoi cewek2 enom .. yo wis dirabi ae.. bojone bk ga ono sing janda veteran perang lo .. ojo dipadhakno ambek kanjeng nabi.. opo lek nyorat nyoret tembok tetangga yo karek diganti dicet ulang.. lha wong nduwe duit ..ga perlu nyusahne sopo2 to ?
paling ga aku seneng ambek simpulanmu sing terakhir.. π intine mari kita hidup dengan kehidupan yang lebih baik..
lek anak2 kita memilih nakal dengam cara merokok atau nakalnya disalurkan dengan jadi anak mesjid … paling tidak mari kita arahkan.. jangan mengganggu ketertiban umum dan merusak masa depan mereka ..
Hehehe, pertama tama didefinisikan dulu bahwa nakal menurut KBBI adalah berbuat sesuatu yang kurang baik, jadi sekalian menegaskan bahwa merokok itu memang kenakalan, masalah akibatnya positif atau negatif, urusane sing nglakoni :p
Masalah duik duike dewe dan tidak nyusahno wong liyo, ya memang aku gak mbahas iku karena konteks “gak nyusahno wong liyo iku panjang bahasannya :p”, aku hanya bicara pada konteks skala kenakalannya yang bisa berlipat lipat karena didukung kemampuan finansial hehehe
Konsekuensi hukum, jelas, soal coret tembok tinggal ganti rugi, iyo kalau pelakunya masih anak sekolah paling tak trima, kalau pelakunya orang gede ya silakan dicoba saja, memang ada yang dikasih ganti rugi sudah mingkem, tapi banyak yang gak puas cuma dengan ganti rugi karena mereka sudah kakehan duik π
Soal orang tua yang masih nakal, no comment lah, daripada menunjuk lubang hidung sendiri wakakak
wakakaak. mangkane iku aku dewe yo nganggep arek sing nom nomane dadi arek mesjid sing nggetu, terus mlungker moco buku tok iku yo nakal.. soale kurang baik juga .. mesakne .. ironisnya kadang mereka malah bangga ….terus oleh dukungan orang tua.. wah anakku pinter … ga oernah macem2….sma favorit sisan… tapi konco2 ne kadang yo nggateli… ngerti duwe konco koyo ngono.. eh dijak dulin kek .. dijak ngobrol kek… ga malah dijarno dan dikucilkan …. sing konyol sisan malah dimusuhi… yo mereka makin tenggelam dalam ke”nakal”annya… sukur2 ga dadi teroris… opo minimal extrimis.. soale ga pernah dikenalkan pada perbedaan…. contone sing ngetren saiki ono JIL vs ITJ… podo2 lulusan pesantren eh kok kerah.. ekstrim dengan membawa bahkan membawa ideologi dan pikiran masing2..
nakal opo ora mari kita jadikan hidup kita lebih baik…
Ya memang menurutku kenakalan itu tidak selalu harus dihentikan. Kadang kadang dijarno yo apik kok π
Soal dimusuhi dan terusan terusannya, haha ampun, lagi malas mikir abot abot. Sing jelas ada sebab ada akibat, siapa yang duluan, ya dulu mana telur sama ayam :p
disisi lain yo akeh sih wong tuwek sing ijik nakal terlepas masa mudanya nakal atau ga
contohe..
bupati aceng, terus wong sing selingkuh2, sing korupsi2 padahal jaman kuliahe aktivis mahasiswa.. setuju banget ambek statemenmu sing terkahir Bagi anda yang masih nakal, segeralah bertobat, karena separah-parahnya telat nakal, masih lebih parah telat tobat
nice story browwwww.. fenomena yg layak dijadikan research mengingat dari generasi ke generasi koruptor, pejabat publik dan pembuat kebijakan anti rakyat kecil adalah mahasiswa2 yang dulunya tukang demo pembela kepentingan rakyat kecil. sementara che guavara, ir soekarno, mr amien rais, gusdur di masa mudanya mereka adalah mahasiswa biasa yang juga suka haha hihi.
istilah psikologisnya easy ripe easy rotten, cepat dipanen cepat busuknya..
Hehe ya tidak bisa dipukul rata juga, saya juga tahu sejumlah “tukang demo” itu juga ada yang tidak menjadi seperti itu. Dan saya yakin misalnya ada 100 “tukang demo”, yang jadi pejabat paling 15-25 orang saja π (tapi menarik juga kalau ada yang mau survey :p )
Menarik sekali…
Pingback: Memento Mori | emaerdei
OKEYY i agree Nakal boleh Goblok jangan ,Dan Nakal boleh kere jangan
Kayaknya aku pernah baca artikel ini lamaaa bgt, jaman belum TLD, masih wordpress dot com. Eh iya ngga sih? Salam kenal ya Kak.
Dulu memang belum TLD sih Gan, ini kan memang tulisan tahun 2013, salam kenal juga Gan π