In Memoriam Edwin Fajerial

emaerdei.com

“Jin Botol”, kadang ditambah “O” yang banyak (Jin Botooooool, red), panggilan akrabku buat kawanku satu ini. Pertemuan kita pertama kali adalah di lapangan Voli. Melihat sosoknya, benak ini sempat memberi keremehan, “ah paling tidak akan bertahan lama anak ini”. Sebuah pra pengadilan pikiran yang terbukti salah besar. Dengan kepercayaan dirinya yang besar, ditambah emosi yang bergelombang, dan sejumlah drama, ternyata dia bertahan sampai akhir, bahkan cukup lama setelahnya. Itulah sosok Edwin Fajerial yang saya kenal, ramah, suka ngobrol, rasa ingin tahunya besar, percaya diri, (kadang terlalu) jujur, dan (kadang berlagak) polos. Rasa ingin tahunya yang besar itu terfasilitasi dengan sukses sesuai dengan pilihan pekerjaannya sebagai seorang jurnalis. Sejumlah media besar pernah dia “mencloki”, dan terakhir di salah satu media online yang cukup besar, sampai akhir hayatnya.

Berdiskusi dengannya seperti makan di tempat yang proses produksinya didominasi intuisi alih-alih standarisasi. Rasanya seringkali tidak sama, kadang enak, kadang tidak enak, tapi toh tetap bikin ketagihan. Salah satu hal yang dari sejak pertama kenal sampai terakhir berinteraksi dengannya tidak berubah dan masih konsisten adalah gayanya bicara yang meskipun ceplas-ceplos, menyulut emosi, tapi tidak berintensi buruk. Semua itu murni karena kebesaran rasa ingin tahunya yang membuatnya dengan rem blong menanyakan apa yang ingin dia tanyakan, bahkan kepada narasumber-narasumbernya yang banyak orang lain lebih memilih untuk berhati-hati bicara karena ingin membangun kesan yang baik. Kebesaran nama maupun pautan usia tidak pernah menjadi pagar antara dirinya dan kebenaran informasi yang dia cari. Hal inilah yang membuat relasi-relasinya begitu banyak, dari berbagai kelompok usia, pekerjaan, dan bahkan sejumlah tokoh-tokoh terkenal.

Gigih adalah nama tengahnya. Saat sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu, kalau bahasa Suroboyoannya dia akan “ngetek terus”, termasuk ketika dia mewujudkan kepeduliannya yang sangat tinggi untuk membantu temannya yang sedang dalam kesulitan, maupun saat terus bertahan untuk menjadi pendukung setia tim sepakbola yang sedang meredup. Dan sebagaimana lazimnya manusia yang paradoks, di sela-sela kegigihannya itulah juga terselip sisi yang “mutungan” saat menghadapi situasi/pribadi/kelompok yang sulit diajak bekerjasama atau kurang tampak itikad baiknya, meskipun “mutung“-nya juga seringkali tidak bertahan lama karena hanya luapan emosi sesaat saja.

Mendengar kabar kematiannya benar-benar menempatkan diri ini pada situasi yang tidak menentu. Ingin tidak percaya, tapi kematian memanglah keniscayaan. Ingin langsung menerima dengan lapang dada, rasanya juga masih berat. Usianya yang jauh lebih muda juga semakin menegur diri ini bahwa tagihan usia terus berjalan. Sungguh sebaik-baik pengingat adalah kematian. Menulis obituari ini membuat saya kembali flashback saat dulu kita awal-awal kenal. Memori jatuh bangun di dalam dan luar lapangan bersama-sama, termasuk dengan Itonk, kawan satu tim yang baru beberapa saat lalu berangkat duluan mendahului kita, momen-momen ketika kita berusaha sedikit memberi bumbu dalam racikan kue besar bernama almamater, dan segala obrolan tidak penting lainnya.

Menulis tentang Edwin tidak akan ada habisnya, apalagi jika semua detil-detil kecil harus disebutkan. Satu hal yang pasti, kamu adalah orang baik, seandainya kesaksian saya berharga, saya akan bersaksi bahwa kamu adalah orang baik, lengkap dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Dunia ini, khususnya orang-orang yang mengenalmu, telah kehilangan satu warna dalam hidupnya, semoga kamu bahagia di “sana”……

Mengenang Edwin Fajerial, seorang jurnalis, pemain voli, dan yang terpenting adalah seorang teman………

This entry was posted in Celoteh, sehari-hari. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s