If they merely stand by while being rescued by others, they will still be slaves in everything but name, who still cling onto others to decide their destiny.
–Fan Gamma Bizen–
Kalimat yang diucapkan oleh Fan Gamma Bizen, tokoh utama “Tale of The Sea King” saat ditanya alasannya menyuruh para budak bertempur padahal dia sanggup mengalahkan semua musuhnya saat itu seorang diri. Alih-alih bermain sebagai pahlawan yang menyelamatkan nyawa, dia justru memilih melakukan hal yang lebih mulia, menyelamatkan kesadaran mereka.
Sungguh indah melihat manusia yang memiliki kesadaran. Melihat individu-individu maupun kelompok yang berani memperjuangkan nasibnya. Kita yang hidup di zaman serba galau ini tentunya sadar betapa mahalnya sebuah kesadaran. Lihatlah bagaimana kesadaran maupun keresahan kita terhadap kepatahhatian sosial dan finansial ini baru berhenti sampai di mata dan ujung jari.
Kesadaran adalah matahari, cahaya yang menerangi hati kita, seperti senyummu manisku :), tanpanya kita akan merogoh-rogoh dalam kegelapan. Dari kesadaran lah semua bisa berkembang dan mengalir menjadi perkataan, tulisan, perbuatan, maupun tidak mengalir kemana-mana, diam menumpuk seperti kolesterol dan menjadi keresahan yang tidak tersalurkan.
Karena itu, entah mengapa, saya sering merasa eman ketika melihat orang/kelompok yang berani mewujudkan kesadaran mereka dan keinginan mereka akan perubahan selalu dihantam dengan caci maki yang merendahkan bahkan cenderung berubah pula menjadi pembunuhan karakter. Eman melihat bibit kesadaran itu sebagai modal yang bagus, tapi harus layu sebelum berkencan berkembang. Lebih sayang lagi ketika upaya pembungkaman itu berangkat dari salah sasaran atau pengasumsian pars pro toto yang membabi buta. Karena tidak suka dengan (yang mengaku sebagai) pemimpinnya, seluruh kaumnya dijadikan sasaran misalnya :p.
Saya tidak mengatakan bahwa apa yang diperjuangkan oleh orang-orang yang masih mau berjuang untuk kaumnya itu benar. Tapi sungguh, sikap sebagian dari kita yang mengebiri habis semangat mereka itu amat memprihatinkan. Ini bisa terjadi di mana saja, di balik dinding-dinding kantor, di balik tembok pabrik, di dalam naungan sekolah, dunia maya, dll. Betapa orang jauh lebih bersemangat membungkam sebuah kesadaran daripada mengarahkannya ke arah yang benar, atau mungkin mereka yang membungkam juga tidak tahu mana sebenarnya arah yang benar?